PEMANFAATAN DUMBA ( GADUNG-MIMBA) SEBAGAI PESTISIDA ALAMI
OLEH : IKHWAN WAHYUDIANTO
SMPN 3 BALONGPANGGANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat dan memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih, dengan panjang 30-50 cm ini merambat pada lumpur dan tempat-tempat yang basah seperti tepi kali, rawa-rawa, atau terapung di atas air. Biasa ditemukan di dataran rendah hingga 1.000 m diatas permukaan laut. Bagian tanaman kangkung yang paling penting adalah batang muda dan pucuknya sebagai bahan sayur-mayur. Efek farmakologis tanaman ini sebagai antiracun (antitoksik), antiradang, peluruh kencing (diuretik), menghenti kan perdarahan (hemostatik), sedatif (obat tidur). Kangkung juga bersifat menyejukkan dan menenangkan. Selain itu kangkung juga memiliki kandungan gizi cukup tinggi. Selain vitamin A, B1, dan C, juga mengandung protein, kalsium, fosfor, besi, karoten, hentriakontan, sitosterol. (Wikipedia, 2010). Karena usia pertumbuhan yang cepat menyebabkan tanaman kangkung sangat rentan terhadap berbagai jenis hama tanaman. Sehingga diperlukan berbagai jenis pestisida untuk mengendalikan hama-hama tersebut.
Sampai saat ini pestisida sintetis (kimia) masih merupakan satu-satunya senjata pamungkas petani kangkung untuk pengendalian berbagai jenis organisme pengganggu tanaman di lahan pertaniannya, karena pestisida sinteis mudah didapat, tidak repot, dan hasilnya segera dapat dilihat. Penggunaan pestisida sintesis yang berlebihan akan menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan diantaranya adalah dapat meracuni manusia dan hewan domestik, meracuni organisme yang berguna, misalnya musuh alami hama, lebah dan serangga yang membantu penyerbukan, mencemari lingkungan dengan segala akibatnya, termasuk residu pestisida, (Sastrodiharjo, 1990).
Mengatasi dampak negatif penggunaan pestisida kimia, dapat digunakan pestisida alami atau bahan-bahan nabati. Indonesia cukup kaya akan potensi tanaman penghasil racun untuk memberantas organisme pengganggu tanaman. Tumbuhan anti hama atau penghasil racun untuk memberantas organisme pengganggu harus memenuhi kriteria sebagai berikut: merupakan tanaman tahunan, memerlukan sedikit ruang, tenaga kerja, pupuk, dan air, bukan merupakan tanaman inang atau sumber hama lain, memiliki kegunaan lain selain sebagai pestisida alami, dan bahan anti hama dapat diambil tanpa mematikan tanaman yang bersangkutan. (Hasanudin. 1993).
Salah satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai pestisida alami adalah tanaman mimba. Pestisida asal mimba mempunyai tingkat efektifitas yang tinggi dan berdampak spesifik terhadap organisme penggangu. Bahan aktif mimba juga tidak berbahaya bagi manusia dan hewan. Selain itu, residunya mudah terurai menjadi senyawa yang tidak beracun sehingga aman atau ramah bagi lingkungan (Zakiya, dkk, 2009). Penggunaan tanaman mimba sebagai pestisida alami akan lebih baik jika ditambahkan dengan tanaman lain, misalnya umbi gadung. Umbi gadung mempunyai bau dan rasa khas yang tidak disukai oleh beberapa jenis serangga. Pada penelitian ini akan diaplikasikan pestisida alami dari mimba dan umbi gadung untuk mengendalikan hama pada tanaman kangkung.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana manfaat campuran umbi gadung dengan daun mimba (DUMBA) sebagai Pestisida alami ?
2. Bagaimana cara pembuatan pestisida alami DUMBA ?
3. Berapa konsentrasi DUMBA yang efektif untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT) ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan sebelumnya, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.Mengetahui manfaat campuran gadung dengan mimba (DUMBA) jika digunakan sebagai pestisida alami.
2.Mengetahui cara pembuatan pestisida alami dari daun mimba, dan umbi gadung.
3.Mengetahui konsentrasi DUMBA yang paling efektif untuk mengendalikan OPT pada tanaman kangkung
1.4 Batasan Masalah
1.Bagian tumbuhan mimba yang digunakan sebagai bahan pestisida adalah daunnya
2.Tumbuhan gadung yang digunakan sebagai bahan pestisida alami adalah umbinya
3.Tanaman uji adalah tanaman kangkung sayur
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1Pestisida Alami
Pestisida alami merupakan suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tunbuhan, Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan cepat. Pestisida alami harus menjadi bagian dari sistem pengendalian hama terpadu, dan hanya digunakan bila diperlukan (tidak digunakan jika tidak terdapat hama yang merusak tanaman). Beberapa contoh bahan yang bisa di buat pestisida alami yaitu: mimba, daun papaya, jahe-jahean, tomat, bawang putih, cabai merah, kemanggi, dan lain-lain. (F.Agus, S. Rahayu, 2004).
Adapun beberapa keunggulan dari pestisida alami adalah mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan (ramah lingkungan), Relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang, dapat membunuh hama/ penyakit, dapat sebagai pengumpul atau perangkap hama tanaman.
Bahan yang digunakan pun tidak sulit untuk dijumpai bahkan tersedia bibit secara gratis (ekonomis). Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintesis. Untuk mengukur tingkat keefektifan dosis yang digunakan, dapat dilakukan eksperimen dan sesuai dengan pengalaman pengguna. Jika satu saat dosis yang digunakan tidak mempunyai pengaruh, dapat ditingkatkan hingga terlihat hasilnya. Karena penggunaan pestisida alami relatif aman dalam dosis tinggi sekali pun, maka sebanyak apapun yang diberikan tanaman sangat jarang ditemukan tanaman mati. Yang ada hanya kesalahan teknis, seperti tanaman yang menyukai media kering, karena terlalu sering disiram dan lembab, malah akan memacu munculnya jamur. Kuncinya adalah aplikasi dengan dosis yang diamati dengan perlakuan sesuai dengan karakteristik dan kondisi ideal tumbuh untuk tanamannya.
2.2 Gadung
Gadung mempunyai nama ilmiah Dioscorea hispida termasuk suku gadung-gadungan atau Dioscoreaceae tergolong tanaman umbi-umbian yang cukup populer walaupun kurang mendapat perhatian. Gadung menghasilkan umbi yang dapat dimakan, namun mengandung racun yang dapat mengakibatkan pusing dan muntah apabila kurang benar pengolahannya. Tumbuhan gadung berbatang merambat dan memanjat, panjang 5–20 m. Arah rambatannya selalu berputar ke kiri (melawan arah jarum jam, jika dilihat dari atas). Ciri khas ini penting untuk membedakannya dari gembili (D. aculeata) yang memiliki penampilan mirip namun batangnya berputar ke kanan. Batang gadung kurus ramping, setebal 0,5–1 cm, ditumbuhi duri atau tidak, hijau keabu-abuan. Daun-daunnya terletak berseling, dengan tiga anak daun menjari, bentuk bundar telur atau bundar telur sungsang, tipis bagai kertas. Bunga jantan terkumpul dalam tandan di ketiak, bunga betina majemuk berbentuk bulir. Umbinya terbentuk dalam tanah, berjumlah banyak dan tak beraturan bentuknya, menggerombol dalam kumpulan hingga selebar 25 cm. (Sudarnadi, H. 1996).
Gambar 1. Tumbuhan gadung (Dioscorea hispida)
Ada beberapa varietas gadung, di antaranya yang berumbi putih, yang besar dikenal sebagai gadung punel atau gadung ketan, sementara yang kecil berlekuk-lekuk disebut gadung suntil dan yang berumbi kuning disebut gadung kuning, gadung kunyit atau gadung padi.
Gadung dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat-obatan herbal dan sebagai pestisida alami, kandungan gadung adalah dioscorine (racun penyebab kejang), saponin, amilum, antidotum, besi, kalsium, lemak, garam fosfat, protein, dan vitamin B1. Bagian yang bisa dimanfaatkan adalah umbinya.
2.3 Mimba
Mimba (Azadirachta indica A. Juss; Mileaceae), merupakan salah satu tumbuhan sumber bahan pestisida alami yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. (F.Agus, S. Rahayu. 2004)
Di Indonesia tanaman ini banyak ditemukan di sekitar provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan NTB. Dataran rendah dan lahan kering dengan ketinggian 0-800 dari permukaan laut merupakan habitat yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman mimba. Penanaman dapat dilakukan melalui stek, cangkok, dan biji. Tanaman mimba umumnya berbuah pada umur 3-5 tahun, dan pada umur 10 tahun tanaman mulai produktif berbuah. Buah yang dihasilkan dapat mencapai 50 kg per pohon. Tanaman mimba hanya berbuah setahun sekali (sekitar bulan Desember-Januari) . (Wiratno, dkk. 2001)
Bagian tanaman mimba yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun dan bijinya. Ekstrak daun dan biji mimba mengandung senyawa aktif utama azadiraktin. Selain bersifat sebagai insektisida, mimba juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, maupun akarisida.
Gambar 2. Daun dan biji mimba
Berdasarkan kandungan bahan aktifnya, biji dan daun mimba mengandung azadirachtin, meliantriol, salanin, dan nimbin, yang merupakan hasil metabolit sekunder dari tanaman mimba. Senyawa aktif tanaman mimba tidak membunuh hama secara cepat, tapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur, dan menghambat pembentukan kitin. Selain itu juga berperan sebagai pemandul. Selain bersifat sebagai insektisida, tumbuhan tersebut juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, mitisida dan rodentisida. Senyawa aktif tersebut telah dilaporkan berpengaruh terhadap lebih kurang 400 serangga. (Indiati, 2009).
2.4 Kangkung
Kangkung termasuk suku Convolvulaceae atau keluarga kangkung-kangkungan. Merupakan tanaman yang tumbuh cepat dan memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih, dengan panjang 30-50 cm ini merambat pada lumpur dan tempat-tempat yang basah seperti tepi kali, rawa-rawa, atau terapung di atas air. Biasa ditemukan di dataran rendah hingga 1.000 m diatas permukaan laut.
Gambar 3. Tumbuhan kangkung
Tanaman bernama Latin Ipomoea reptans ini terdiri dan dua varietas, yaitu kangkung darat yang disebut kangkung cina dan kangkung air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa, atau parit. Perbedaan antara kangkung darat dan kangkung air terletak pada warna bunga. Kangkung air berbunga putih kemerah-merahan, sedangkan kangkung darat bunga putih bersih. Perbedaan lainnya pada bentuk daun dan batang. Kangkung air berbatang dan berdaun lebih besar daripada kangkung darat. Warna batangnya juga bebeda. Kangkung air berbatang hijau, sedangkan kangkung darat putih kehijau-hijauan. Lainnya, kebiasaan berbiji. Kangkung darat lebih banyak bijinya daripada kangkung air itu sebabnya kangkung darat diperbanyak lewat biji, sedangkan angkung air dengan stek pucuk batang.
Bagian tanaman kangkung yang paling penting adalah batang muda dan pucuknya sebagai bahan sayur-mayur. Kangkung mempunyai rasa manis, tawar, sejuk. Sifat tanaman ini masuk ke dalam meridian usus dan lambung. Efek farmakologis tanaman ini sebagai antiracun (antitoksik), antiradang, peluruh kencing (diuretik), menghentikan perdarahan (hemostatik), sedatif (obat tidur). Kangkung juga bersifat menyejukkan dan menenangkan.
Tanaman bernama daerah kangkueng (Sumatera), pang pung (Nusa Tenggara), kangko (Sulawesi), utangko (Maluku) ini enak rasanya dan memiliki kandungan gizi cukup tinggi. Selain vitamin A, B1, dan C, juga mengandung protein, kalsium, fosfor, besi, karoten, hentriakontan, sitosterol.
Hama yang menyerang penyakit kangkung adalah epilachna (kepik), leptocorixa acuta (walang sangit), spodoptera litura (ulat grayak), myzus persicae (kutu persik), pomacea caralicuta (keong mas)
2.5 Effective Microorganism (EM)
EM banyak digunakan untuk mendukung kehidupan sehari-hari dan digunakan untuk beberapa tujuan antara lain membuat pakan ayam, menjernihkan air limbah, mengendalikan hama dan penyakit tanaman, menghilangkan bau dipeternakan, memproses obat tradisional dan sebagaianya. Sebagai contoh EM dicampur alkohol, tetes dan tanaman toga dapat digunakan sebagai pestisida. Fungsi EM pada dasarnya adalah untuk memfermentasikan bahan organik dalam tanah. Hasil fermentasi ini berupa gula, alkohol, vitamin, asam laktat, asam amino dan senyawa organik lainnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengetahui manfaat umbi gadung dan mimba (DUMBA) sebagi pestisida , cara pembuatan pestisida DUMBA , aplikasi pestisida DUMBA pada tanaman kangkung dengan variasi konsentrasi ekstrak DUMBA yang berbeda terhadap 10 sampel tanaman pada lahan uji di SMPN 3 Balongpanggang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen rancangan acak lengkap (RAL), Konsentrasi ekstrak DUMBA sebagai variable manipulasi dan lubang pada daun kangkung sebagai variable respon.
3.1 Alat
- timbangan
- alat penumbuk
- tempat pengaduk
- saringan
3.2 Bahan
- daun mimba
- umbi gadung
- air
- 50 ml EM (apabila diperlukan)
3.3 Pembuatan pestisida
- tumbuk halus daun mimba & umbi gadung.
- Masukkan hasil tumbukan tersebut dalam 1 liter air , di tambah 50 ml EM , aduk sampai rata.
- Diamkan rendaman tersebut selama 2 malam.
- Saring larutan hasil rendaman dengan saringan.
- Semprotkan larutan hasil penyaringan ke tanaman.
Berikut adalah tabel perbandingan massa gadung dan mimba yang akan dicampur untuk menghasilkan konsentrasi tertentu.
Tabel 1. Perbandingan gadung dan mimba terhadap konsentrasi yang dihasilkan
No Konsentrasi
(gram/liter) Massa (gram)
Gadung Mimba
1 0 0 0
2 25 12,5 12,5
3 50 25 25
4 75 37,5 37,5
3.4 Uji Coba Pada Tanaman
Pestisida DUMBA yang telah dibuat akan diujikan pada tanaman kangkung. Penyemprotan mulai dilakukan saat tanaman kangkung berumur 4 hari dan diakhiri ketika berumur 64 hari. Penyemprotan dilakukan 2 minggu sekali. sampel yang diambil sebanyak 10 tanaman untuk masing-masing konsentrasi, sehingga total sampel atau populasinya ada 50. Disiapkan 5 lahan uji masing-masing mempunyai luas 10 m2. Lahan 1 disemprot dengan larutan 0g/l, lahan 2 disemprot dengan larutan DUMBA 25g/l, lahan 3 disemprot dengan larutan DUMBA 50g/l, lahan 4 disemprot dengan larutan DUMBA 75g/l, dan lahan 5 disemprot dengan larutan DUMBA 100g/l. penyemprotan dilakukan tiap 2 minggu sekali
Tabel 2. Tabel pengamatan pengaruh konsentrasi DUMBA terhadap lubang daun
Konsentrasi ekstrak DUMBA Jumlah tanaman berlubang pada pengamatan tiap 2 minggu sekali Prosentase tanaman yg tidak berlubang (%)
I II III IV
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tanaman gadung dan mimba banyak tumbuh di Indonesia, kedua tanaman tersebut memang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat salah satu contohnya gadung dibuat kerupuk, mimba dibuat campuran jamu, disamping itu kedua tanaman tersebut juga dipercaya dapat mengendalikan hama tertentu (pestisida alami) pada tanaman pertanian. Saat ini penggunaan pestisida sintetis atau pestisida kimia mulai dikurangi dikarenakan banyak menimbulkan dampak negatif, diantaranya dapat mencemari lingkungan, meracuni berbagai organisme dan yang lebih bahaya lagi dapat menyebabkan ledakan hama sekunder dan hama potensial. Salah satu alternatif untuk mengatasi dampak negatif pestisida sintetis adalah menggunakan pestisida alami dari gadung dan mimba. Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui manfaat kedua tanaman tersebut sebagai pestisida alami masih sedikit dilakukan. Sehingga hasil yang diharapkann dari kedua tanaman tersebut sebagai pestisida alami masih kurang. Untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan kedua tanaman tersebut sebagai pestisida alami diperlukan penelitian yang berkelanjutan dari semua pihak terutama para pelajar, sehingga kita mendapatkan manfaat dari gadung dan mimba yang lebih banyak dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Pada penelitian ini pengolahan ekstrak gadung dan mimba dilakukan seefektif mungkin agar dapat diterapkan secara cepat dan ekonomis. Langkah pertama yang dilakukan adalah menghaluskan 0,25 kg umbi gadung dan 0,25 kg daun mimba dengan mesin blender. Umbi gadung dan daun mimba yang sudah dihaluskan kemudian dicampur jadi satu dan dimasukkan dalam 10 liter air dan diaduk rata. Untuk mempercepat proses fermentasi ditambahkan 50 ml EM pada larutan. Kemudian larutan didiamkan selama 1-2 hari. Untuk mempermudah penyebutan nama pestisida alami yang telah dibuat dan juga untuk lebih mempopulerkan pada masyarakat, selanjutnya campuran umbi gadung dan daun mimba dinamakan DUMBA dari kata gadung dan mimba. Dengan komposisi tersebut diatas menghasilkan larutan DUMBA dengan konsentrasi 50 g/l. Untuk mendapatkan konsentrasi DUMBA yang lain dapat dilihat pada Subbab 3.3. Larutan DUMBA hasil fermentasi kemudian disaring bertujuan agar tidak menyumbat hand spray saat aplikasi.
Larutan DUMBA diaplikasikan pada tanaman kangkung, karena tanaman ini merupakan tanaman yang cepat tumbuh, mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan rentan terhadap hama pengganggu seperti belalang dan ulat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi mimba 0 g/l tidak menunjukkan hasil sama sekali atau semua tanaman uji berlubang, konsentrasi 25 g/l didapatkan tanaman yang tidak berlubang 30%, konsentrasi 50 g/l didapatkan tanaman yang tidak berlubang 50 %, konsentrasi 75 g/l didapatkan tanaman yang tidak berlubang 60%, dan konsentrasi 100 g/l didapatkan tanaman tidak berlubang 80%. Berdasarkan data tersebut, larutan DUMBA tidak efektif untuk menekan OPT pada konsentrasi 0-50 g/l. hal itu dikarenakan zat azadiraktin dan dioscorine yang terkandung dalam larutan DUMBA terlalu kecil, sehingga belum mampu untuk mengendalikan OPT pada tanaman. Larutan DUMBA baru efektif untuk mengendalikan OPT pada konsentrasi 75 g/l keatas. Hal itu dibuktikan dengan daun yang tidak berlubang pada tanaman kangkung mencapai 60% ketika disemprot dengan larutan DUMBA 75 g/l.
BAB V
KESIMPULAN
Dari kegiatan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa campuran umbi gadung dan daun mimba (DUMBA) dapat digunakan sebagai pestisida, terutama untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada tanaman kangkung (Ipomoea reptans). Pembuatan DUMBA sebagai pestisida sangat mudah dan ekonomis karena semua bahan banyak ditemukan disekitar kita. Cara pembuatan DUMBA adalah umbi gadung dan daun mimba dihaluskan dengan cara di blender, kemudian didiamkan selama 1-2 hari untuk proses fermentasi agar semua bahan tercampur merata. DUMBA hasil fermentasi dapat disemprotkan langsung pada tanaman kangkung. Pestisida DUMBA mempunyai kandungan dioscorine dan azadiraktin. Kedua zat tersebut terbukti dapat mengendalikan OPT pada tanaman kangkung. Selain itu penggunaan DUMBA tidak akan mencemari lingkungan dan tidak meninggalkan zat racun pada tanaman karena mudah zat aktifnya mudah terurai. Larutan DUMBA 75 g/l menyebabkan 60% tanaman kangkung tidak berlubang, 100 g/l menyebabkan 70% tanaman kangkung tidak berlubang, dan jika konsentrasinya diperbesar hasilnya akan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
1. F.Agus, S. Rahayu. 2004. Mimba dan Manfaatnya.World Agroforesty Centre, (http://www. Pindra.com, diakses 12 Januari 2008).
2. Hasanudin,Dr. Ir.MS, 2003. Peningkatan peranan mikroorganisme Dalam Sistem Pengendalian Penyakit Tumbuhan Secara Terpadu. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
3. Indiati, 2009 . Mimba Pestisida Nabati Ramah Lingkungan. In agronursery@ yahoogroups. com
4. Nurul Dzakiya, dkk, 2009. Pemanfaatan Daun Mimba (Azadirachta Indica A. Juss) Sebagai Pestisida Alami Yang Aman Bagi Makhluk Hidup Dan Ramah Lingkungan. Universitas Negeri Malang
5. Sastrodiharjo, Soelaksono. 1993. Pemanfaatan dan Penyediaan Pestisida Botani dalam Rangka Efisiensi Agro-Input di Perkebunan Rakyat. PAU Ilmu Hayat, ITB: Bandung.
6. SUDARNADI, H. 1996. Tumbuhan Monokotil. Penebar Swadaya, Jakarta.
7. Wiratno, dkk. 2001. Budi Daya Nimba (Azadirachta Indicha A.Juss). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Balitbang Pertanian.
8. WWW.idwikipedia.com/kangkung/2010